Ada dua hal yang membuat orang memelukmu dengan erat.
Pertama, dia memang ingin melindungimu dan bersamamu, dan alasan kedua dia ingin menusukmu lebih erat dan lebih dalam. Dan pahamilah keduanya memiliki pengalaman dan rasa yang berbeda.
Ketika dia ingin melindungimu dan bersamamu, dia akan melakukan berbagai cara untuk membuatmu merasakan kenyamanan dan keamanan saat bersamanya, bahkan dia rela menggantikan posisimu untuk merasakan kesakitan yang kamu rasakan.
Dan ketika dia ingin menusukmu lebih erat dan dalam, kamu akan menemukan pengalaman dalam hidup. Bahwa rasa sakit yang kamu rasakan saat ini, mungkin akan membawa pengalaman yang begitu baik buat kamu dimasa akan datang, dan kamu akan lebih berhati-hati dalam memberikan kepercayaanmu pada seseorang.
Yakinlah, setiap hal yang terjadi saat ini bukan semata-mata karena hidup mengalir saja seperti air, tapi memiliki tujuan.
Bahkan air yang mengalirpun memiliki tujuan akhir, entah berakhir dilautan atau beruap menjadi hujan dan akhrinya menciptakan pelangi yang cantik. Maknailah sesuatu itu dengan positif, Tuhan tahu saat kamu merasakan sakit, tapi Tuhan tahu bagaimana cara mengakhirinya dan Tuhan tahu tujuan dari rasa sakit yang kamu rasakan saat ini.
Mungkin akan bullshit kalo aku bilang aku tidak pernah mengeluh dengan kesakitan dan cobaan yang diberikan, seperti kata-kata yang sering ku dengarpun misalnya "Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi batas kemampuan umatnya." Hahaha, aku kadang miris kalo mendengar kata-kata itu, benarkah ? Mengapa harus aku ? dan mengapa cobaanku seperti ini ?
Aku menemukan jawaban yang paling mudah, yaitu jangan salahkan Tuhan atas segala sesuatu yang menimpamu, perbaiki dirimu dan kamu akan tahu dimana letak kesalahanmu, kamu menjauh darinya dan itulah yang kamu dapatkan. Cobaan itu merupakan tanda Tuhan masih menyayangimu dengan semua akhir dari tujuan cobaanmu.
Percayalah, bahkan saat Tuhan memberikan roh pada perut ibumu dan membuatmu terlahir di dunia ini, Dia percaya bahwa kamu KUAT dan MAMPU untuk berjalan diatas kekejaman dunia ini dan setiap langkah yang Dia tunjukan untukmu, dia memiliki tujuan yang baik untukmu, terserah padamu ingin mengikuti-Nya atau menjauh dan meninggalkan-Nya.
Astrid Sabrina Permatasari. University of Muhammadiyah Malang, International Relations 2014.
Sabtu, 25 Juni 2016
Senin, 06 Juni 2016
MANFAAT KONFERENSI ASIA AFRIKA BAGI INDONESIA
Abstract
Diplomacy conducted by Indonesia at the
time of independence, it is proofing that the fighters do a lot of ways to be
free from colonialism. The Indonesian government at that time did a lot of
agreement with the Netherlands in order to obtain full independence.The efforts
that made by the government are in agreement with the Netherlands as
Linggajati, Renville, and other agreements. Not only that, the end of World War
II in August 1945, does not mean the end to the animosity between the nations
of the world. In some parts of the world there are still problems and new
problems arise. The birth of two blocks ideologically opposing forces, namely
the Western bloc led by the United States (capitalists) and the Eastern Bloc
led by the Soviet Union (communist), the more heat the world situation.The
reason of the
emergence of the two blocks to cause harm to many countries in Asia and Africa.
Finally came the idea of the government of Indonesia to establish the
Non-Aligned Movement whose members are from countries in Asia and Africa that
aim to eradicate colonialism and imperialism.
Keywords
: Struggling for diplomacy, the Agreement in the period before independence,
West Block, East Block, Asia, Africa, the Non-Aligned Movement.
PENDAHULUAN
Berakhirnya Perang Dunia II pada
Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara
bangsa-bangsa di dunia. Di beberapa belahan dunia masih ada masalah dan muncul
masalah baru. Permasalahan tersebut mulai dari penjajahan hingga penyebaran
paham dari negara adidaya pada masa itu.
Penjajahan yang dialami oleh
negara-negara di kawasan Asia dan Afrika merupakan masalah krusial sejak abad
ke-15. Walaupun sejak tahun 1945 banyak negara, terutama di Asia, kemudian
memperoleh kemerdekaannya, seperti : Indonesia (17 Agustus 1945), Republik
Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14
Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4
Februari 1948), dan Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949), namun masih
banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair,
Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa Negara Asia
Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah sisa
penjajahan seperti daerah Irian Barat, Kashmir, Aden, dan Palestina. Selain itu
konflik antarkelompok masyarakat di dalam negeri pun masih berkecamuk akibat
politik devide et impera[2].
Lahirnya dua blok kekuatan yang
bertentangan secara ideologi, yaitu Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika
Serikat (kapitalis) dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet (komunis),
semakin memanaskan situasi dunia. Perang Dingin berkembang menjadi konflik
perang terbuka, seperti di Jazirah Korea dan Indo-Cina. Perlombaan pengembangan
senjata nuklir meningkat. Hal tersebut menumbuhkan ketakutan dunia akan kembali
dimulainya Perang Dunia.
Walaupun pada masa itu telah ada
badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi
menangani masalah dunia, namun pada kenyataannya badan ini belum berhasil
menyelesaikan persoalan tersebut, sementara akibat yang ditimbulkan oleh
masalah-masalah ini sebagian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika.[3]
Maka dari itu dibutukan tindakan
untuk membantu Negara-negara di Asia dan Afrika ini untuk dapat membantu
melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau
negara imperialis lainnya. Pemerintah Indonesia, melalui saluran diplomatiknya
melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui sejauh mana
pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
atau biasa disebut KAA, hal ini dilakukan demi meredakan ketegangan dunia.
Ternyata umumnya mereka menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan
rumah konferensi. Termasuk pula dukungan dan desakan dari Perdana Menteri
Jawaharlal Nehru dari India yang berharap segera melaksanakan konferensi
setelah melakukan pertemuan langsung dengan Perdana Menteri Indonesia, Ali
Sastroamidjojo. Demi menggagas konferensi, pada 28 - 29 Desember 1954, atas
undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi
Kolombo (Indonesia, India, Pakistan, Burma, Ceylon) mengadakan pertemuan di
Bogor pada 28-31 Desember 1954 untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia
Afrika. Pertemuan di Bogor berhasil merumuskan kesepakatan tentang agenda,
tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia Afrika, termasuk
persiapan penyelenggaraan KAA.[4]
Tentu saja Indonesia juga memiliki tujuan sendiri dalam melaksanakan KAA ini,
dimulai dari tujuan untuk dalam negeri dan luar negeri. KAA sendiri memberikan
dampak yang begitu baik untuk Indonesia pada masa itu.
PEMBAHASAN
Latar
Belakang Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Politik
luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak
memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak
bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas
juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi
masalah internasional. Aktifberarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut
mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat
politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di
dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu
negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya
Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori
kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis).
Dalam
upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah
Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini
mendapat dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia
dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena penindasan imperialis Barat.
Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II
berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan,
di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri
Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada
di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia
dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap
merasa senasib dan sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak
negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan
dalam Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai
usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada
khususnya maupun dunia pada umumnya.
Prakarsa
untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana
Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India,
Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
Pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika
Sesuai
dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal
18–24 April 1955. Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29
negara yang terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang.
- Negara pengundang meliputi Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar).
- Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai Emas/Gold Coast).
Negara
yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah
Rhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika
Tengah masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris.
Semua persidangan Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka,
Bandung.
Latar
belakang dan dasar pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
- Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia-Afrika.
- Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
- Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elite nasional/terpelajar dan intelektual.
- 4) Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
- Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
- Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu sama lain.
Tujuan
diadakannya Konferensi Asia Afrika, antara lain:
- memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
- memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
- memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
- bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
- membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
Konferensi
Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama
negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan,
serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia. Kerja sama ekonomi dalam
lingkungan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dilakukan dengan saling memberikan
bantuan teknik dan tenaga ahli. Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di
Asia dan Afrika perlu memperluas perdagangan dan pertukaran delegasi dagang.
Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan
antarnegara karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi
juga menyetujui penggunaan beberapa organisasi internasional yang telah ada
untuk memajukan ekonomi. Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip
dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karena itu,
sangat disesalkan masih adanya rasialisme dan diskriminasi warna kulit di
beberapa negara. Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan
diskriminasi warna kulit di mana pun di dunia ini. Konferensi juga menyatakan
bahwa kolonialisme dalam segala bentuk harus diakhiri dan setiap perjuangan
kemer-dekaan harus dibantu sampai berhasil. Demi perdamaian dunia, konferensi
mendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar percobaan senjata
nuklir dihentikan dan masalah perdamaian juga merupakan masalah yang sangat
penting dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu, semua bangsa di dunia
hendaknya menjalankan toleransi dan hidup berdampingan secara damai. Demi
perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat
segera dapat diterima menjadi anggota PBB.
Konferensi
setelah membicarakan beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara
Asia Afrika khususnya dan negara-negara di dunia pada u555mumnya, segera
mengambil beberapa keputusan penting, antara lain:
- memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
- menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
- mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
- menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk;
- aktif mengusahakan perdamaian dunia.
Selain
menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia
untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
- menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB;
- menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
- mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil;
- melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain;
- menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
- a) tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar; b) tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
- tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
- menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
- memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
- menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh
prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan nama
Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
MANFAAT KONFERENSI ASIA-AFRIKA BAGI
INDONESIA
Bagi bangsa Indonesia sendiri, manfaat Konferensi
Asia-Afrika adalah membawa keuntungan seperti berikut:
1)
Ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan
antara Indonesia dan RRC. Seorang yang memegang dwi kewarganegaraan harus
memilih salah satu, yaitu menjadi negara Indonesia atau RRC. Warga negara yang
tidak memilih dapat mengikuti kewarganegaraan ayahnya.
Latarbelakang terjadinya persetujuan dwi kewarganegaraan
dilihat dari permasalahan hukum mengenai status sipil golongan Tionghoa di
Indonesia yang merupakan permasalahan rumit warisan Belanda. Dimana
perundang-undangan Belanda menggolongkan mereka sama dengan “pribumi”,
setingkat lebih rendah dari orang Eropa. Pergolongan ini tentu melukai perasaan
orang-orang Tionghoa, maka baik orang Tionghoa yang berada di negeri Cina
maupun yang berada di Laut Cina Selatan menuntut dihapuskannya pergolongan
tersebut.
Pada tanggal 22 April 1955
Republik Rakyat Tiongkok dan Republik Indonesia telah menandatangani Perjanjian
mengenai soal Dwikewarganegaraan. Pada waktu Yang Mulia mengunjungi Republik
Rakyat Tiongkok, kedua Pemerintah kita telah bertukar pikiran lebih lanjut
sepenuhnya di Peking tentang tujuan dan cara pelaksanaan Perjanjian ini dan
telah mencapai persesuaian faham yang sekarang saja nyatakan lagi sebagai
berikut :
1. Tujuan dari Perjanjian
mengenai soal Dwikewarganegaraan tersebut di atas ialah menyelesaikan soal
Dwikewarganegaraan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Republik Indonesia,
suatu masalah yang kita warisi dari jaman yang lampau dan penyelesaian masalah
adalah sesuai dengan kepentingan Rakyat kedua negara. Untuk mencapai tujuan
tersebut di atas, kedua Pemerintah menyetujui dalam Pelaksanaan Perjanjian
tersebut di atas, untuk mengambil segala tindakan-tindakan yang seperlunya dan
memberikan segala kelonggaran sehingga segenap orang yang mempunyai.
Dwikewarganegaraan dapat memilih kewarganegaraannya menurut kehendak sendiri.
2. Pemerintah Republik Rakyat
Tiongkok dan Pemerintah Republik Indonesia menyetujui bahwa diantara mereka
yang serempak berkewarganegaraan Republik Indonesia dan Republik Rakyat
Tiongkok terdapat suatu golongan, yang dapat dianggap mempunyai hanya satu
kewarganegaraan dan tidak mempunyai dwikewarganegaraan karena, menurut pendapat
Pemerintah Republik Indonesia, kedudukan sosial dan politik mereka membuktikan
bahwa mereka dengan sendirinya (secara implisit) telah melepaskan
kewarganegaraannya Republik Rakyat Tiongkok. Orang-orang yang termasuk golongan
tersebut di atas, karena mereka mempunyai hanya satu kewarganegaraan, tidak
diwajibkan untuk memilih kewarganegaraan menurut ketentuan-ketentuan Perjanjian
Dwikewarganegaraan. Jikalau dikehendakinya, sepucuk surat keterangan tentang
hal itu dapat diberikan kepada orang-orang sedemikian itu.
3. Untuk menghindarkan sesuatu
salah faham mengenai ketentuan tentang berlakunya jangka waktu 20 tahun dalam
pasal XIV Perjanjian Dwikewarganegaraan tersebut di atas, kedua Pemerintah
menyetujui tafsiran yang berikut, yaitu orang-orang yang sekali telah memilih
kewarganegaraannya sesuai dengan Perjanjian tersebut di atas, tidak akan
diwajibkan memilih lagi setelah jangka waktu 20 tahun itu berakhir.
4. Agar supaya Perjanjian
tersebut di atas dilaksanakan dengan memuaskan, kedua Pemerintah menyetujui
membentuk di Jakarta suatu Panitya Bersama yang terdiri dari wakil-wakil
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok. Tugas
Panitya Bersama itu ialah memperbincangkan dan merencanakan cara penglaksanaan
Perjanjian Dwikewarganegaraan tersebut di atas.
5. Sebelum jangka waktu dua
tahun yang ditetapkan untuk memilih kewarganegaraan berakhir, kedudukan yang
sekarang ini daripada orang-orang yang mempunyai Dwikewarganegaraan tidak akan
berubah sampai dan setelah mereka melakukan pilihan kewarganegaraaannya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan Perjanjian tersebut di atas. *1740 Jika hal-hal
tersebut di atas memperoleh pernyataan setuju dari Yang Mulia, maka nota ini
dan jawaban Yang Mulia akan merupakan suatu persesuaian faham yang telah
dicapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat
Tiongkok tentang pelaksanaan Perjanjian mengenai masalah Dwikewarganegaraan dan
akan mulai berlaku pada waktu yang bertepatan dengan waktu mulai berlakunya
Perjanjian tersebut di atas. Kami mempergunakan kesempatan ini untuk menyatakan
kepada Yang Mulia hormat kami yang setinggi-tingginya. [5]
2) Memperoleh
dukungan berupa putusan Konferensi Asia-Afrika mengenai perjuangan merebut
Irian Barat.[6]
Dalam melakukan pembebasan terhadap Irian Barat ini,
sudah dilakukan berbagai cara oleh pemerintah Indonesia, mulai dari jalur
diplomasi hingga militer. Upaya diplomasi politik yang dilakukan Indonesia
antara lain perundingan bilateral Indonesia Belanda, melalui forum PBB, dan
dukungan negara-negara Asia-Afrika (KAA).
Gagal
dengan jalur diplomatik di tingkat global, Indonesia kemudian menempuh jalur
diplomasi di tingkat regional dengan mencari dukungan dari negara-negara Asia
Afrika. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung tahun 1955 dan dihadiri
29 negara-negara di kawasan Asia Afrika ini secara bulat mendukung upaya bangsa
Indonesia untuk memperoleh kembali Irian sebagai wilayah yang sah dari RI.
Namun suara bangsa Asia Afrika dalam forum PBB tetap tidak dapat menarik
dukungan internasional dalam sidang Majelis Umum PBB. Konferensi inilah yang
menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok (GNB). GNB mempunyai arti khusus bagi
bangsa Indonesia, sebagai negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut
tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah
hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. GNG
sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif, dimana Indonesia
memilih untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya membantu tercapainya
perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan dengan segala bangsa. Serta
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Kedua mandat tersebut menjadi bagian dalam prinsip
dasar GNB, yang dikenal dengan Dasasila Bandung.[7]
PENUTUP
Lahirnya dua blok kekuatan yang
bertentangan secara ideologi, yaitu Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika
Serikat (kapitalis) dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet (komunis),
semakin memanaskan situasi dunia pada akhir dari Perang Dunia II5. Perang
Dingin berkembang menjadi konflik perang terbuka, seperti di Jazirah Korea dan
Indo-Cina. Perlombaan pengembangan senjata nuklir meningkat. Hal tersebut
menumbuhkan ketakutan dunia akan kembali dimulainya Perang Dunia. Dalam upaya
meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah
Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Dari
penyelenggaraan Koferensi Asia Afrika ini, Indonesia selagi ketua Gerakan
Non-Blok pada saat itu juga mencari manfaat dalam konferensi tersebut seperti ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan
antara Indonesia dan RRC, dan juga memperoleh dukungan berupa putusan
Konferensi Asia-Afrika mengenai perjuangan merebut Irian Barat.
DAFTAR
PUSTAKA
·
http://www.kompasiana.com/hasrulhoesein/konferensi-asia-afrika-ada-karena-bung-karno_5535b8216ea8342e29da42ef (diupload hari senin, 06 Juni 2016,
pada jam 10.37)
·
http://www.kompasiana.com/rossirahardjo/devide-et-5impera_550d47e8813311552cb1e207 (Diupload pada hari Senin,06 Juni
2016, pada jam 10.22 WIB)
·
http://www.gurusejarah.com/2013/06/konferensi-asia-afrika.html
(diupload pada hari Senin, 06 Juni 2016, pada jam 19.16 WIB)
·
http://www.edukasippkn.com/2015/10/peranan-konferensi-asia-afrika-kaa-bagi.html
(diupload pada hari Senin, 06 Juni 2016 pada jam 19.18 WIB)
·
http://smpsma.com/jelaskan-pengaruh-positif-kaa-bagi-negara-asia-afrika.html
(diupload pada hari Senin, 06 Juni 2016 pada jam 19.27 WIB)
·
http://www.kompasiana.com/hasrulhoesein/konferensi-asia-afrika-ada-karena-bung-karno_5535b8216ea8342e29da42ef
(diupload pada hari Senin, 06 Juni 2016 pada jam 19.30 WIB)
·
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_040035_bab_4.pdf
(diupload pada hari Senin, 06 Juni 2016 pada jam 20.12 WIB)
·
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_1958.htm
(diupload pada hari Senin, 06 Juni 2016 pada jam 20.30)
·
http://www.kompasiana.com/bally_aja/perjuangan-pembebasan-irian-barat_54f89d92a33311ba188b4638 (diupload hari Senin, 06 Juni 2016
pada jam 10.12 WIB)
[1] Mahasiswi hubungan internasional
angkatan 2014, 201410360311004, astridsabrina9@gmail.com
[2] Devide et impera merupakan politik pecah belah atau disebut
juga dengan adu domba adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi
yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok
besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. (http://www.kompasiana.com/rossirahardjo/devide-et-impera_550d47e8813311552cb1e207 . Diupload pada hari Senin,06 Juni 2016, pada jam 10.22 WIB)
[3] http://asianafricanmuseum.org/sejarah-konferensi-asia-afrika/ (diupload hari Senin, 06 Juni
2016, pada jam 10.23 WIB)
[4] http://www.kompasiana.com/hasrulhoesein/konferensi-asia-afrika-ada-karena-bung-karno_5535b8216ea8342e29da42ef
(diupload hari senin, 06 Juni 2016, pada jam 10.37)
[5] http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_1958.htm (diupload pada hari Senin, 06
Juni 2016 pada jam 20.30)
[6] http://www.edukasippkn.com/2015/10/peranan-konferensi-asia-afrika-kaa-bagi.html (diupload pada hari Senin, 06
Juni 2016 pada jam 19.18)
[7] http://www.kompasiana.com/bally_aja/perjuangan-pembebasan-irian-barat_54f89d92a33311ba188b4638
(diupload hari Senin, 06 Juni 2016 pada jam 10.12 WIB)
Langganan:
Postingan (Atom)